Jokowi Dipuja-puji Dunia Karena Sukses Pimpin G20, Dihujat di Negeri Sendiri, Mau Heran Tapi Inilah Negara +62!


Gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali menuai pujian dari para pemimpin negara. Para tamu juga menyanjung presidensi Indonesia. Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, misalnya, menyebutkan bahwa Indonesia dan AS merupakan negara demokrasi terbesar di dunia. 

Biden juga mengungkapkan harapannya untuk dapat terus bekerja sama dengan RI dalam melestarikan aturan berbasis sistem dan kepentingan internasional yang berpegang pada hak asasi manusia. 

"Indonesia adalah rekan yang aktif dan krusial bagi Amerika Serikat," tulis Biden melalui Instagram resminya, @Potus, dilansir dari siaran pers, Rabu (16/11/2022).


Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida juga menyampaikan penghargaan ke Presiden Joko Widodo atas perannya dalam Presidensi G20. Fumio Kishida mengatakan, dirinya ingin terus bekerja sama dengan Indonesia dalam berbagai hal, baik terkait isu di kedua negara maupun di tingkat global. 

"Termasuk upaya dalam mewujudkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” ujarnya. Pemerintah Rusia melalui Kementerian Luar Negeri juga menyampaikan pujiannya. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengaku negaranya menyambut baik pendekatan konstruktif kepemimpinan Indonesia. 

"Untuk memajukan agenda pemersatu di bawah moto pemulihan ekonomi global pascakrisis," katanya.

Sementara, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese melalui akun Instagram resminya @albomp menyebutkan, Indonesia merupakan rekan yang memiliki kesamaan pandangan terhadap perdamaian serta kemakmuran Indo-Pasifik. 

"Presiden Joko Widodo dan saya berbagi visi untuk Indo-Pasifik yang damai dan aman serta sejahtera," tulis Anthony Albanese. 

Apresiasi juga datang dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres. Dia menyebutkan, Indonesia mampu memimpin dan mendorong dialog antara negara G20 di tengah ketegangan geopolitik yang memicu gejolak ekonomi.

Sebagaimana diketahui, Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah KTT G20 tahun ini. Acara puncak forum kerja sama ekonomi internasional itu digelar di Bali selama 15-16 November 2022. Namun, sejak beberapa hari terakhir, para pemimpin negara anggota G20 telah mengadakan sejumlah pertemuan bilateral, tak terkecuali Indonesia dengan para pemimpin dunia. 

Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, RI menghasilkan sejumlah kerja sama dengan negara-negara sahabat. Pertemuan Jokowi dengan Joe Biden misalnya, menghasilkan rencana investasi AS ke RI dengan nilai sekitar 700 juta dollar AS atau lebih dari Rp 10 triliun. 

Kemudian, pertemuan dengan pemerintah Korea Selatan, Jepang, dan Inggris menghasilkan kerja sama pengembangan MRT Jakarta, dan masih banyak kesepakatan lainnya.

Namun sehebat-hebatnya Jokowi, ia tetap mendapat hujatan di negeri sendiri, seperti yang dilontarkan Politisi senior Eros Djarot. Ia menilai di balik kekuasaan Jokowi ada pihak lain yang lebih menguasai. Bahkan, ia menyebut Eks Wali Kota Solo tersebut tidak menguasai apa-apa meski saat ini berada di kursi presiden.

Hal ini diungkapkan Eros dalam diskusi bersama Zulfan Lindan beberapa bulan lalu yang kini kembali menjadi sorotan publik. Dalam tayangan YouTube tersebut, keduanya membahas perihal kekuasaan di Indonesia dan implementasinya yang dinilai telah melenceng.

Seperti dilihat di kanal YouTube Zulfan Lindan Unpacking Indonesia, Eros awalnya menyinggung kekuasaan ada untuk menciptakan peradaban sesuai amanah konstitusi.

"Kekuasaan berdasarkan apa yang kita sepakati waktu membuat negara Indonesia kan membikin peradaban. Peradaban yang sesuai amanah konstitusi, bukan perbiadaban. Rupa-rupanya banyak teman-teman itu salah membaca, membangun perbiadaban, inilah yang terjadi," tutur Eros, dikutip pada Senin (14/11/2022).

Eros menilai saat ini kebiadaban politik benar-benar terpampang nyata. "Kemunafikan dibangun, keserakahan dipelihara, kerakusan dan ketamakan menjadi budaya," kata Eros.

Salah satu wujudnya adalah keinginan seseorang untuk berkuasa sekalipun tidak benar-benar menguasai. Mirisnya, justru ada orang atau pihak lain yang sebenarnya menguasai di belakang.

"(Prinsipnya) 'Yang penting saya berkuasa, perkara yang menguasai orang lain nggak masalah', kan gila itu ya. Orang berkuasa (tapi) nggak menguasai apa-apa, inilah kejadian sekarang ini," tutur Eros.

"Apa dikira Pak Jokowi itu menguasai? Enggak lah, bohong itu. Yang berkuasa saya tahu siapa. Nggak tahu? Tanya saya," selorohnya lebih lanjut.

Umpan dari Eros ini jelas langsung ditangkap oleh Zulfan. Eros juga rupanya tidak berbelit-belit dalam menjawab, meski ia tak menyebutkan sebuah nama secara spesifik.
"Nah itu siapa Mas, kira-kira?" tanya Zulfan.

"Ya siapa lagi kalau bukan doi-doi yang dulu-dulu juga? Sudahlah jangan main sandiwara," balas Eros sambil tertawa.

Sosok yang juga dikenal sebagai musisi dan seniman kawakan Tanah Air tersebut lantas meminta pemerintah untuk tidak menutupi apapun dari rakyat.

"Coba jelaskan kepada rakyat yang sesungguhnya, bahwasanya kita memang dalam bahaya. Bahwa kekuasaan, yang namanya berkuasa itu (sebenarnya) ada yang menguasai," terang Eros.

"Ini kan harus dibedah, (maka) bedahlah di sini, jangan rakyat dibohongi terus dibiarkan begitu saja. Kalau Pak Jokowi bagus harus kita dukung, program-program yang bagus harus kita dukung. Tapi kalau saya lihat ini hanya pencitraan saja, harus kita bilang, 'Setop Pak pencitraan, kita sudah capek'," pungkasnya.

Posting Komentar

0 Komentar