[HOAKS] Ganjar Pranowo Lecehkan Azan!!!


Seperti biasa, menjelang tahun politik 2024, bertebaran narasi-narasi politik, baik positif maupun negatif. Bahkan ada narasi keji, penuh dengan hoaks (kepalsuan) dan hasutan. Inilah yang menimpa Ganjar Pranowo. Video Gubernur Jawa Tengah itu dalam pembacaan puisi, yang sudah lama sekali atau hampir 5 tahun lalu, diunggah kembali, seolah-olah Ganjar menistakan agama Islam dengan mengecam lantunan azan atau panggilan salat.

Usut punya usut, ternyata hal serupa juga menimpa Ganjar Pranowo saat dia ikut Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah Tahun 2018 lalu. Padahal, Ganjar Pranowo sedang membacakan puisi, dan puisi itu bukan karangan dia, melainkan karangan seorang kiai besar bernama Kiai Haji Mustofa Bisri atau Gus Mus. Nah oleh, orang-orang yang tidak tahu atau tak mau tahu, dan ingin menyesatkan orang lain, dinarasikan seolah-olah puisi itu karangan Ganjar.

“Ini adalah hoaks, kemudian dinarasikan seolah-olah Ganjar menistakan agama Islam. Ini penyesatan, dan ini kelakuan yang paling jahat. Mereka sedang menipu masyarakat, menyesatkan masyarakat, tidak memberikan informasi yang lengkap bahwa ini bukan karangan Ganjar. Ini penggalan ini saja dimaknai dengan serampangan. Memaknai puisi itu harus lengkap, tidak boleh sepotong-sepotong,” kata pegiat media sosial ternama Rudi S Kamri di Jakarta, Sabtu (17/12).

Apalagi, kata Rudi, itu bukan puisi karangan Ganjar. Puisi berjudul, “Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” ini dikarang oleh Gus Mus atau Kiai Haji Mustofa Bisri tahun 1987. 

“Sudah lama sekali dan berulang kali dibacakan oleh Gus Mus dalam berbagai kesempatan dan tidak ada yang protes. Karena apa? Karena Gus Mus kiai, karena Gus Mus tidak mencalonkan atau dicalonkan jadi pemimpin nasional. Nah, Ganjar ini berbeda. Tahun 2018 karena dia mencalonkan diri jadi gubernur Jawa Tengah untuk periode kedua, dan sekarang ini digadang-gadang oleh mayoritas rakyat Indonesia untuk menjadi pengganti Pak Jokowi (sebagai Presiden RI), makanya mulailah digergaji. Gergajinya sama, hoaks yang menyesatkan,” sesal Rudi.

Rudi kemudian membacakan puisi lengkap karya Gus Mus tahun 1987 itu, yakni “Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” dalam rangka mengedukasi publik.

Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana

Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir

Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana

Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana

Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana

Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana

Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana

Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana

Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana

Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana

Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab
Kau ini bagaimana

Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana

Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana

Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana

Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana

Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Kau ini bagaimana

Atau aku harus bagaimana

“Nah, itulah puisi lengkap yang dipenggal oleh kelompok-kelompok yang ingin menyesatkan orang, ingin menyudutkan Ganjar Pranowo. Bagi saya itu ‘negative campaign’ (kampanye negatif) dan ‘black campaign’ (kampanye hitam). Itu penuh dengan penyesatan, penuh dengan tipuan, penuh dengan rongrongan publik. Ini harus saya suarakan. Bukan untuk membela Ganjar Pranowo, tapi membela kebenaran, membela keadilan, dan membela Indonesia, jangan sampai Indonesia dicemari oleh orang-orang kotor yang sering kali menebarkan hoaks yang menyesatkan masyarakat,” tandasnya.
 

Posting Komentar

0 Komentar