Prabowo Subianto masih menjadi calon presiden idaman banyak masyarakat Indonesia untuk pemilu 2024 mendatang.
Namun persaingan di kuris presiden tak kalah ketat pada 2024
nanti.
Sejumlah survei menunjukkan nama prabowo bukan nama teratas
untuk memenangi pemilu 2024 jika dia mencalon jadi capres.
Ia kalah dari Ganjar Pranowo berdasarkan hasil
survei.
Tapi ke depan belum tau. Bisa saja ada hal-hal yang di luar
dugaan terjadi.
Terlepas dari itu, mengutip Kompas.com, Ketua Umum Partai
Gerindra Prabowo Subianto diduga tak akan
keberatan jika diminta menjadi calon wakil presiden (cawapres) buat Gubenur
Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada Pemilu 2024.
Usai Pemilu 2019 saja, Prabowo menerima tawaran menjadi
Menteri Pertahanan di Kabinet Indonesia Maju pimpinan Presiden Joko Widodo.
Padahal, sebelumnya Prabowo dan Jokowi berkompetisi sengit di panggung
pemilihan.
“Jika posisi Menteri Pertahanan saja ia terima, tentu posisi
cawapres akan jauh lebih menggiurkan jika memiliki potensi kemenangan yang
lebih besar,” kata Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic
Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam kepada Kompas.com, Kamis (16/3/2023).
Umam mengatakan, menduetkan Prabowo dengan Ganjar pada
pemilu presiden (pilpres) mendatang memang memungkinkan. Namun, lebih realistis
jika Ganjar ditempatkan di posisi calon presiden (capres), sedangkan Prabowo
cawapres.
Sebab, secara elektabilitas, Ganjar unggul dibanding
Prabowo. Survei berbagai lembaga menempatkan politisi PDI Perjuangan itu di
puncak elektabilitas kandidat capres dengan tingkat elektoral tembus 30 persen.
Sementara, Prabowo mengekor di urutan kedua dengan tingkat
elektoral di kisaran 20 persen, satu tingkat di atas mantan Gubernur DKI
Jakarta Anies Baswedan.
Elektabilitas PDI-P, partai yang menaungi Ganjar pun
melampaui Gerindra. Partai pimpinan Megawati itu juga merupakan parpol pemenang
pemilu dua kali berturut-turut.
Memang, hingga kini PDI-P belum bicara ihwal pencapresan.
Namun, jika pada akhirnya Ganjar yang dijagokan, Umam yakin partai banteng bakal
bersikukuh menempatkan kadernya di kursi calon RI-1.
“Karena itu, proposal Ganjar-Prabowo akan menjadi lebih
rasional ketimbang Prabowo-Ganjar,” ujarnya.
Menurut Umam, duet Ganjar-Prabowo bakal menghadirkan
kekuatan besar. Tidak hanya karena kedua tokoh punya modal elektabilitas
mumpuni, namun Ganjar dan Prabowo sama-sama berasal dari partai unggulan.
Dengan bekal tersebut, keduanya berpeluang mengonsolidasikan
basis pemilih yang kuat. Umam pun yakin, partai-partai lain bakal tergoda untuk
bergabung jika PDI-P dan Gerindra berkoalisi dan kedua tokoh tersebut
berpasangan.
“Hadirnya ‘superblock’ diyakini memiliki potensi kemenangan
lebih terbuka, berpeluang menarik partai-partai politik kelas menengah seperti
PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan PAN (Partai Amanat Nasional),” katanya.
Namun demikian, lanjut Umam, wacana menduetkan Prabowo
dengan Ganjar ini perlu pembahasan panjang. Butuh negosiasi mendalam antara
Gerindra dan PDI-P untuk mencapai kesepakatan.
“Jika negosiasi dan kompromi belum juga ditemukan, maka
usaha lebih kuat kembali perlu diintensifkan agar layar koalisi antara PDI-P
dan Gerindra segera terkembang,” tutur dosen Universitas Paramadina itu.
Adapun wacana duet Prabowo-Ganjar menguat setelah keduanya
“dipertemukan” oleh Presiden Joko Widodo dalam acara panen raya di Kebumen,
Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023).
Wacana ini seolah disambut hangat oleh Gerindra. Wakil Ketua
Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo mengatakan, partainya
berpeluang mendukung Ganjar pada Pilpres 2024.
Asalkan, kata dia, dalam kontestasi itu Ganjar dipasangkan
sebagai cawapres Prabowo.
"Ya saya kira terbuka kalau Pak Ganjar mau ikut dengan
Pak Prabowo, dengan catatan Pak Prabowo calon presiden," kata Hashim saat
ditemui di Gedung Joang' 45, Jakarta, Minggu (12/3/2023).
Menurut Hashim, sudah selayaknya Prabowo menempati kursi
capres dan Ganjar di posisi cawapres. Sebab, menurutnya, Prabowo lebih
berpengalaman dari Ganjar.
"Pak Prabowo jauh lebih senior, 15 tahun lebih tua
pengalamannya berbeda kan," imbuh dia.
Menanggapi usulan tersebut, Sekretaris Jenderal (Sekjen)
PDI-P Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa partainya mendorong kader internal
untuk maju sebagai capres.
Sebagai partai pemenang pemilu, PDI-P enggan “hanya”
memajukan kadernya di posisi calon RI-2.
"Ya, kader dari PDI Perjuangan (harus capres), sebagai
partai pemenang pemilu dengan kepercayaan rakyat dua kali berturut-turut tentu
saja kami akan mengusung calon presiden," kata Hasto di Sentul, Jawa
Barat, Senin (13/3/2023). (Kompas.com)
0 Komentar