Gaduh banget orang membicarakan sikap Ganjar Pranowo yang turut setuju dengan penolakan Tim U-20 Israel ketibang sikap Gubenur Bali yang justru menjadi pencetus penolakan Tim U-20 Israel untuk bertanding di Bali. Berbagai macam dugaan dilemparkan dan penampilan Ganjar saat diwawancara Najwa Shihab tentang sikapnya tersebut cukup mendapatkan pujian. Namun kemudian katanya elektabilitas Ganjar menuju Pilpres 2024 anjlok. Pertanyaan saya adalah, apakah anjloknya elektabilitas Ganjar ini permanen? Jelas tidak! Hal itu hanya secuil dai dinamika politik Indonesia.
Sebagai Kader PDI-P, apapun yang diributkan orang, saya yakin Partai yang menaungi Ganjar tak akan tinggal diam jika benar hasil survey atas sikap Ganjar membuat elektabilitas Ganjar anjlok. Kejadian sikap Ganjar yang setuju atas penolakan Tim U-20 Israel bertanding di Indonesia bukan hal yang mustahil adalah juga instruksi Partai yang hanya ingin melakukan "test the water" untuk melihat respon "lingkungan" terhadap isu-isu yang sensitif, terutama terkait keberagamaan. Dari respon ini sedikit banyak mesin partai bisa memprediksi apa yang akan dijadikan sasaran tembak lawan pada kampanye Pilpres 2024 dan strategi kampanye apa yang akan digunakan nanti saat Ganjar benar-benar mereka usung sebagai Capres 2024.
Sampai saat ini, kita hanya melihat 3 nama yang kemungkinan akan menjadi calon presiden di Pilpres 2024, yaitu Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Dari 3 nama ini 2 nama yang sudah terbukti pernah berpelukan dengan kelompok agamis, yaitu Prabowo dan Anies. Walaupun katanya Prabowo sudah insyaf berhubungan dengan kelompok agamis, namun tetap tak ada jaminan sikap merangkul kelompok agamis ini tidak akan dilakukan lagi oleh Prabowo. Sementara Anies sudah sangat jelas. Apakah kemudian sikap Ganjar yang menolak Tim U-20 Israel kemaren sepadan dengan sikap Prabowo dan/atau Anies yang pernah berangkulan dengan kelompok agamis di masa lalu? Tentu tidak. Jadi seanjlok-anjloknya elektabilitas Ganjar, kita masih bisa mengatakan "he is still the best from the worst".
Yang pasti hari ini dunia sudah melihat bahwa masalah Israel dan Palestina ini adalah sebuah masalah yang sudah berlangsung terlalu lama melampaui masa masalah konflik 2 negara manapun. Permasalahan Israel dan Palestina terlalu rumit dan ruwet untuk dicampuri. Di sisi lain, banyak pihak yang mengambil keuntungan dari kesengsaraan warga Palestina dan/atau kebrutalan pihak Israel. Rumusnya sangat sederhana, jika di dunia ini tidak ada pihak yang melihat adanya keuntungan dari kesengsaraan warga Palestina dan/atau kebrutalan pihak Israel, masalah kedua negara itu sudah lama selesai. Contoh nyata saja di Indonesia banyak entitas yang mengumpulkan dana bantuan untuk menolong warga Palestina. Bahkan di dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa pun kata "Palestina" masih begitu seksi sebagai magnet untuk menarik minat entitas manapun untuk memberikan bantuan. Nyatanya... tak satupun dari entitas itu berhasil membuat seluruh warga Palestina di Jalur Gaza atau di West Bank terlepas dari penderitaan mereka. Yang ada... kata "Palestina" bisa membuat segelintir orang malah menjadi kaya raya. Saya tidak sedang membicarakan ACT loh yah....
Kembali ke permasalahan bahwa sekarang ini elektabilitas Ganjar anjlok gara-gara sikap setuju Ganjar untuk menolak Tim U-20 Israel, bagi saya, hanya sebuah gimik politik. Dalam setahun ke depan, banyak hal yang bisa dilakukan Ganjar dan PDI-P untuk mendongkrak kembali elektabilitas Ganjar. Baru semobil dengan Jokowi saja, elektabilitas Ganjar akan naik lagi walaupun sedikit. Setahun Jokowi bareng beberapa kali dengan Ganjar, percaya elektabilitas Ganjar akan kembali ke paling teratas. Kita tidak bisa meyangkal stigma bahwa siapapun sosok yang dipilih Jokowi maka dia akan menjadi Presiden RI ke-8.
0 Komentar