Keputusan yang Diambil Ganjar Sudah Sesuai Aturan dari Permenlu Demi Keamanan Bangsa Ini!


Kalian sudah lihat video brutalnya pertandingan Israel versus Palestina yang terbaru, kemarin tanggal 30 Maret 2023?

Keos dan membuat panik. Bukan hanya penonton yang di tribun, dan pemain yang masih berseliweran di lapangan pertandingan saja, tapi para pemain di ruang ganti Palestina juga dialiri gas yang mengganggu sistem pernapasan mereka, hingga mengenai indera penglihatan dari mereka.

Fatal, akibatnya pun “killing them softly”. Membunuh perlahan begitulah. Dari keosnya pertandingan sepakbola itu mengingatkanku dengan tragedi Kanjuruhan 2022 lalu. Dalam video, lautan manusia yang ada di tribun sudah lari berhamburan.

Mereka berebut oksigen sambil cari pintu keluar, untuk menyelematkan diri dari amukan masa dan gas air mata yang ditembakkan petugas keamanan. Ratusan orang tumbang, diinjak-injak dan Sebagian pula tak betah menghisap gas beracun itu hingga berjatuhan.

Satu kata yang menggambarkan dua kegiatan itu, ngeri. Jika FIFA bisa menjadikan soal keamanan yang terpenting dalam setiap pertandingan, seharusnya Israel juga mendapat sanksi karena mereka seenak jidat membuat suasana keos dalam pertandingan melawan Palestina kemarin.

Entah FIFA belum bertindak atau membiarkannya, kita tunggu saja. Itulah yang ditakutkan Ganjar Pranowo saat ini, hingga melakukan penolakan terhadap kedatangan Israel di Indonesia. Entah suatu kebetulan apa, Tuhan memperlihatkan kebrutalan Israel dalam bermain sepak bola saat menghadapi rivalnya, Palestina.

Memang faktor utama yang terus digaungakan gubernur Jawa Tengah itu tentang keamanan. Barisan POLRI, hingga TNI belum menjamin karena ini dalam skala besar, yang mana venue juga menjadi pertimbangan pertama dari sistem keamanan tersebut.

Ganjar sudah menggambarkan bagaimana nanti Israel jika masuk ke nagara ini. Ada isi konstitusi negara yang dilanggar jika Israel masuk negara ini, ada Peraturan Menteri Luar Negeri (Permenlu) yang pastinya juga ditabrak jika Israel menginjakkan kakinya di Indonesia.

Hanya karena alasan olahraga tidak akan merambat ke politik, atau penegasan untuk membedakan dengan olahraga dan politik? Tidak bisa dan tidak dapat yang menjamin hal tersebut, kawan.

Permenlu sendiri sudah menentang segala bentuk kerjasama dengan Israel. Apalagi ini olahraga, yang mana eksposenya gede, beda dengan olahraga lain yang jarang terlihat dalam media.

Bahkan sebelumnya, Indonesia juga pernah menolak kedatangan tim Israel dalam olahraga bulu tangkis 2015 dan tennis pada 2006 lalu. Belum lagi dulu tahun 1962, Soekarno pernah melarang keikutsertaan Israel pada Asian Games juga.

Bukan, sekali ini tapi sudah berkali-kali. Tidak hanya Indonesia, negara di luar pun banyak yang menyatakan sikap penolakannya juga dengan kehadiran Israel di negara mereka. Diantaranya ada Swedia, Uni Soviet, hingga Uni Emirat Arab, mereka pernah melakukan sikap penentangannya terhadap negara serusuh Israel.

Dan baru saja kemarin kita diperlihatkan kembali dengan aksi brutalnya Israel dalam pertandingannya di lapangan hijau. Tak mampukah itu semua menjawab apa alasan kuat seorang Ganjar Pranowo menyatakan penolakannya terhadap Israel, dalam Pildun U-20 di tanah air?

Tidak sekali ini Ganjar menyatakan sikapnya terhadap para radikalisme, atau golongan yang menggunakan kekerasan dalam dunia politik dan sosial. Dalam tuturnya, selama menjabat sebagai gubernur selama dua periode, Ganjar selalu menerangkan agar semua organisasi masyarakat yang menjunjung tinggi paham radikal itu minggat dari tanah air.

Kalau tidak begitu, bagaimana lagi caranya untuk mengusir kaum radikal dari negara ini? Hanya dengan sikap tegas, penolakan yang lantang dengan lisan, dan pastinya tindakan sebagai menindaklanjutinya.

Itu semua dijalankan Ganjar selama menjadi pemimpin. Beda dengan pemimpin yang justru maju-mundur atau takut dengan kaum radikal. Seperti halnya saat kedatangan kaum teroris yang akan pulang ke Jawa Tengah, dalam tuturnya penolakan jelas terlontar pada acara rakernas di Boyolali.

Gubenur Jateng itu tidak takut akan melanggar HAM, karena apa yang dilakukan oleh mereka sendiri sudah melanggar HAM. Lho iya dong, memangnya membunuh orang dengan bom itu bukan pelanggaran HAM, kawan? Itu lebih parah dari yang dilakukan Ganjar, yang hanya menolak kedatangan mereka demi kemaslahatan rakyatnya!

Beda lagi dengan sikap Ridwan Kamil yang justru menerima mereka, sedikit mencengangkan bukan, apalagi WNI dari Suriah itu tidak hanya 1-10 orang saja, tapi jumlahnya sampai ratusan.

Makanya kubilang kepala daerah yang berani tegas menolak mereka hanya satu, Ganjar Pranowo. Itu semata-mata demi kebaikan negara ini, keamanan dan keselamatan rakyat menjadi prioritas utama dalam mengambil keputusan.

Beda lagi dengan Anies Baswedan yang justru merangkul kaum radikal. Tentu mereka semakin berbangga diri karena mendapat dukungan dari Anies, tak heran bukan Anies menggunakan mereka untuk memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.

Begitu pula Prabowo yang mengusung Anies kala itu, tidak melarang tindakan tersebut, sebaliknya dia justru ikut menikmatinya. Ya, kita tahu ayat dan mayat disana jadi saksi dimana eks gubernur itu menghalalkan cara demi kekuasaan.

Sudah cukup, aku tidak ingin capres negeri ini serupa dengan Ridwan, Anies, dan Prabowo ini. Cukup Ganjar yang akan membasmi bahaya radikal di negara ini.

Lalu apa saja aksi Ganjar untuk memerangi radikalisme ini? Dengan gubernur mengajar, ia memasifkan paham anti-radikalisme kepada anak-anak lewat mata pelajaran hingga ekstrakurikuler. Merekalah penyambung lidah, yang akan menyuarakan keindahan toleransi di negara Pancasila ini. Merekalah nanti yang akan memegang kuat Bhinneka Tunggal Ika.

Tak berhenti di situ saja, sejumlah organisasi masyarakat dan para tokoh agama, ia gandeng untuk menebas paham radikalisme. Lalu masyarakat juga terus dihimbau untuk melapor jika sudah menemukan indikasi radikal di lingkungan tempat tinggalnya.

Terbukti dari pengawalan ketat, tujuh guru di Jawa Tengah yang terindikasi radikal sudah dalam pengamanan. Tidak langsung memecat, ia mencoba bernegosiasi dulu dengan melakukan pembinaan, jika tidak bisa baru pemecatan jalan alternatifnya. Itu baru satu kasus dan penyelesaiannya.

Ganjar Pranowo tidak akan melakukan sesuatu tanpa pikir panjang, ia juga tidak akan mengambil keputusan yang membahayakan negara dan rakyatnya. Itu semua pure karena kepentingan tuannya, bukan pribadi apalagi golongan.

Posting Komentar

0 Komentar