Kalimat “Biar Dihajar, Saya Ganjar” akan terus menggema di telinga. Apalagi pasca pendeklarasiannya sebagai capres resmi PDIP, namanya terus dibidik kubu Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
Selain sebagai pemeran utama
dalam hasil survei, Ganjar juga pemimpin idaman secara keseluruhan. Makanya dua
kawannya itu tidak akan membiarkan jalannya mulus. Hingga bully, hoax dan
fitnah terus menerpanya.
Seperti akhir-akhir ini gencar
ditunaikan Anies yakni mengomentari rutinitasnya lari-lari yang diposting pada
media sosial. Demi mendongkrak popularitasnya agar terus bertahan dihadapan
publik, Anies menjadikan gaya kepemimpinan Ganjar sebagai bahan huru-haranya.
Dia seolah menutup mata
terhadap gaya kepemimpinan Ganjar yang bersifat kasual ini. Lari-lari itu satu
cara untuk mengakrabkan diri kepada tuannya. Jogginnya sambil jalan ke pasar,
memantau ketersediaan dan harga pangan. Lari-larinya melipir ke proyek
sekaligus sidak pada pebaikan infrastruktur.
Mana bisa dibandingkan dengan
gaya Anies yang terima beres laporan, dan memperbanyak janji manis di depan
publik. Ya, selayaknya tong kosong berbunyi nyaring. Begitu masih mengajak adu
gagasan dengan Ganjar?
Si Pembual terbaik versi LBH
Jakarta itu lupa, semua program dan kebijakannya selama menjabat jadi gubernur
di ibukota tidak ada yang berhasil.
Satu contoh saja yang aku bisa
ambil faktanya, disaat Ganjar mengupayakan reaktivasi stasiun Purworejo yang
mangkrak dari tahun 2010 untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, Anies justru
memberhentikan normalisasi kali Ciliwung yang menjadi masalah utama warga ibukota.
Dari situlah publik menyimpan
pertanyaan besar terhadap statemen Anies, adu gagasan seperti apa yang ia
maksud? Dalam kesempatan itu pun Ganjar kembali menekankan siapapun capresnya,
tidak ada yang melarang untuk mengekspos kegiatannya di medsos.
Apalah daya jiwa julidku muncul
ke permukaan menanggapi statemen Ganjar perihal kesewotan Anies yang
mengomentari keaktifannya di medsos. Posting saja gampang, yang jadi masalah
ada tidak yang diposting. Hahaha. Ya kita tahu bukan kegiatan eks gubernur DKI
itu hanya berkoar-koar saja, bermain kata, dan berakhir blunder dengan
rangkaian kalimatnya yang njlimet tadi.
Hal itulah yang kini tidak
lepas dari pergunjingan publik. Keminiman prestasi capres Nasdem itu memang
bukan sekedar isu belaka, melainkan juga menjadi kontroversi yang ditimbulkan
oleh si empu pemilik nama sendiri.
Tidak hanya Anies, nyatanya hal
serupa juga dilakukan Prabowo. Kali ini bukan lagi recehan, karena ia berani
memlintirkan suara relawan Jokowi yang sebagian besar memberikan suara
dukungannya kepada Ganjar.
Dukungan sebesar 90% relawan
Jokowi diklaim berada di tangan Prabowo. Padahal hasil survei Charta Politika
61% suara Jokowi-Ma’ruf diberikan kepada Ganjar, sedangkan ke Prabowo hanya 18%
saja.
Klaim tak berdasar itu
dibesarkan Prabowo dengan kejadian makan malam bersama sang menhan bersama
putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka. Tidak selang lama, ketua dewan
pengarah musyawarah rakyat, Andi Gani, menyatakan hanya Ganjar lah yang saat
ini menjadi rujukan dari keberlanjutan Jokowi.
Maraknya serangan yang
dilayangkan untuk Ganjar ini memang bukan pertama dan terakhir. Tapi dari sini
lah yang membuat publik beranggapan bahwa Ganjar adalah capres yang benar-benar
dapat memporak-porandakan kenyamanan Anies dan Prabowo.
Berbagai keburukan yang mereka
layangkan kepada Ganjar tak membuat sang empu hilang dari peredaran jagat raya.
Ia tipe tokoh yang mau mengakui kesalahan jika memang hal yang dilakukan salah,
tapi untuk hoax dan fitnah, data dan fakta yang berbicara.
Ya seperti yang kuutarakan tadi,
ada gagasan real bukan sekedar omongan dalam lisannya saja. Dan perihal
dukungan tadi, Ganjar tak mempermasalahkan hak dukung-mendukung rakyat
Indonesia. Tapi kalau mengungkapkan ke publik harusnya sesuai data yang ada
dong, masak berdasarkan asumsi saja.
Anies dan Prabowo akan terus
mengejar Ganjar. Bagaimana bisa tenang disaat baru sekitar satu bulanan nama
Ganjar dicapreskan, reaksi yang terlihat di publik sangat ramai. Ramai juga
kubu kedua capres itu, karena harus memutar otak untuk bekerja keras melempari
Ganjar dengan berbagai macam batu sandungan.
Apalagi saat ini Ganjar masih
menjabat sebagai gubernur, prestasi dan kinerjanya terus menjadi sorotan
publik. Tentu itu menjadi daya pikat rakyat untuk memberikan penilaian kepada
masing-masing bacapres.
Disaat Anies menjadi
pengangguran, mulai terusik dengan postingan media sosial Ganjar yang terus
banjir akan prestasi, kinerja, dan kedekatannya dengan rakyat. Makanya sampai
ada sindiran lain yang mengatakan Ganjar suka posting moment di laman medsosnya.
Ganjar menyuarakan kejulidtanku
tadi, ia berupaya meredam kesewotan capres lain dengan mempersilahkan setiap
capres untuk membagikan juga kegiatannya di medsosnya masing-masing. Lagian
mereka juga bermain medsos, punya akun, maka gunakanlah dengan baik, begitu
kurang lebih tuturnya.
Tentu masalah receh itu
mengundang gelak tawaku, pasalnya belum tentu si Anies tadi memiliki momen
untuk dibagikan kepada pendukungnya. Maka dari itu kecemburuan itu timbul
karena Ganjar lebih aktif darinya.
Kalau melihat tingkah
capres-capres kita ini, rasanya seperti roller coaster bukan? Ada yang
melontarkan lelucon, ada yang pedes, jahat, ramah, santun, hingga tak masuk
akal dan penuh tipu muslihat.
Dari apa yang mereka sodorkan,
membuatku semakin yakin untuk menambatkan pilihan pada Ganjar pranowo saja.
Karena tindak-tunduknya sebagai seorang pemimpin tidak perlu lagi diragukan.
Hanya dia yang bisa membuat
kawan-kawannya ketar-ketir jika dihadapkan dengan data, fakta, dan rekam jejak.
Dia ini politisi ulung yang mampu menangkis serangan kawan-kawannya dengan
sikap layaknya seorang pemimpin.
Makanya diawal kukatakan “Biar
dihajar, saya Ganjar”. Akan begitu sampai nanti, tidak akan berpaling apalagi
berpindah ke lain hati, karena dialah satu-satunya calon pemimpin terbaik. Seperti
kata pendukungnya di Jawa, “Sanes Liyane, Ganjar Wae” (Bukan lainnya, Ganjar
saja).
0 Komentar