Sumber Daya Alam Berlimpah ! Indonesia Bisa Jadi Penghasil Produk 'Hijau' Kompetitif


Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI-DPD RI optimis, bahwa Indonesia bisa menjadi penghasil produk hijau yang kompetitif di pasar internasional. Pasalnya, Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah.

Misalnya, saja, persemaian dan rehabilitasi hutan tropis dan hutan mangrove, serta rehabilitasi habitat laut, yang menjadi potensi besar penyerap karbon. Jokowi bilang, energi bersih dari panas matahari, panas bumi, angin, ombak laut, dan energi bio, akan menarik industrialisasi penghasil produk-produk rendah emisi.

"Kawasan industri hijau di Kalimantan Utara akan menjadi Green Industrial Park terbesar di dunia. Saya optimistis, kita akan menjadi penghasil produk hijau yang kompetitif di perdagangan internasional," terang Presiden Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Pidato Kenegaraan Presiden Dalam Rangka HUT ke-77 Kemerdekaan RI Dalam Sidang Bersama DPR RI-DPD RI, Selasa (16/8/2022).

Adapun, kata Jokowi, upaya tersebut bisa langsung disinergikan dengan program peningkatan produksi pangan dan energi bio serta pemanfaatan kekayaan hayati laut secara bijak, akan menjadi kekuatan besar untuk produk pangan, farmasi, dan energi. "Demikian pula halnya dengan perkebunan kita, antara lain kelapa sawit, yang telah terbukti menjadi pemasok terbesar CPO dunia," jelas Jokowi.

Selain itu, Indonesia memiliki kekuatan sumber daya alam yang melimpah salah satunya adalah nikel. "Syaratnya satu, harus dihilirkan dan diindustrikan di dalam negeri, agar nilai tambahnya bisa maksimal untuk kepentingan nasional. Hal ini akan membuka lapangan kerja, meningkatkan ekspor, menghasilkan devisa, meningkatkan pendapatan negara, serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi," terang Jokowi.

Jokowi menambahkan, dengan kekuatan dan peluang besar tersebut, Indonesia mempunyai kesempatan besar untuk membangun Indonesia yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Yang pertama, hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam harus terus dilakukan. Hilirisasi nikel, misalnya, telah meningkatkan ekspor besi baja 18 kali lipat. Tahun 2014, hanya sekitar Rp16 triliun, tapi di tahun 2021 meningkat menjadi Rp306 triliun.

"Di akhir tahun 2022 ini, kita harapkan bisa mencapai Rp440 triliun.Itu hanya dari nikel. Selain penerimaan pajak, devisa negara juga naik, sehingga kurs rupiah lebih stabil," ungkap dia.

Jokowi mengatakan, sekarang ini, Indonesia telah menjadi produsen kunci dalam rantai pasok baterai litium global. Produsen mobil listrik dari Asia, Eropa, dan Amerika ikut berinvestasi di Indonesia. "Setelah nikel, Pemerintah juga akan mendorong hilirisasi bauksit, hilirisasi tembaga, dan timah. Kita harus membangun ekosistem industri di dalam negeri yang terintegrasi, yang akan mendukung pengembangan ekosistem ekonomi hijau dunia," tandas Jokowi.

Yang kedua, selain hilirisasi, optimalisasi sumber energi bersih dan ekonomi hijau harus terus kita tingkatkan. Persemaian dan rehabilitasi hutan tropis dan hutan mangrove, serta rehabilitasi habitat laut, akan terus dilakukan, dan akan menjadi potensi besar penyerap karbon.


Posting Komentar

0 Komentar