Terkini, Per 16 Agustus Rupiah Kembali Melemah ! Berapakah Harga Dollar AS ?


Kembali munculnya isu resesi global membuat dolar Amerika Serikat (AS) yang menyandang status safe haven diuntungkan. Alhasil, rupiah kembali melemah di awal perdagangan Selasa (16/8/2022).

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung melemah 0,24% ke Rp 14.770/US$. Depresiasi kemudian bertambah menjadi 0,27% ke Rp 14.780/US$ pada pukul 9:06 WIB.

Isu resesi global kembali muncul setelah rilis serangkaian data ekonomi dari China yang mengecewakan.

Berbagai data ekonomi terbaru menunjukkan Negeri Tirai Bambu sedang tidak baik-baik saja.

Pada Juli 2022, produksi industri China tumbuh 3,8% year-on-year (yoy). Cukup jauh melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,8% yoy.

Kemudian pada Januari-Juli 2022, investasi tetap di China tumbuh 5,7% yoy. Melambat dibandingkan pertumbuhan enam bulan pertama 2022 yang sebesar 6,1% yoy dan lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar yang memperkirakan 6,2% yoy.

Lalu penjualan ritel pada Juli 2022 tumbuh 2,7% yoy. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 3,1% yoy dan jauh di bawah perkiraan pasar yang 'meramal terjadi pertumbuhan 5% yoy.

Mungkin karena melihat situasi ekonomi yang kian memburuk, bank sentral China (PBoC) memutuskan untuk menurunkan suku bunga medium-term lending facility tenor 1 tahun sebanyak 10 basis poin (bps) ke 2,75%.

Sementara itu dari dalam negeri, perhatian pelaku pasar hari ini akan tersedot ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan mengadakan gelaran tahunan Sidang Bersama di mana Presiden Joko Widodo (Jokowi), akan menyampaikan dua pidato penting.

Pada pagi hari, Jokowi akan menyampaikan Pidato Kenegaraan yang berisi pencapaian pemerintah pada tahun ini. Jokowi juga akan memaparkan fokus pemerintah ke depan di bidang ekonomi, hukum, sosial, pendidikan, hingga politik.

Pada siang hari, Jokowi akan menyampaikan Pidato Pengantar/Keterangan Pemerintah atas RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2023 beserta Nota Keuangannya.

Dalam pidato tersebut, presiden akan menjabarkan target asumsi makro untuk tahun depan mulai dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, lifting minyak mentah dan gas, harga minyak mentah, hingga imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun.

Jokowi juga akan menyampaikan target penerimaan negara, bagaimana pembiayaan utang ke depan, serta fokus belanja pemerintah pada 2023 mulai dari sektor infrastruktur, pertahanan, kesehatan, hingga bantuan sosial.

Posting Komentar

0 Komentar