Keberhasilan Ganjar Bukan Omong Kosong!!! Jateng Kini Layak Jadi Percontohan untuk Inovasi Energi Baru Terbarukan.


Direktur Eksekutif  Institute for Essential Services Reform (IESR) Febby Tumiwa ikut bagian dalam acara G20 side event, ia menilai  komitmen Jateng mengembangkan EBT terlihat nyata.

“Komitmen Jawa Tengah dalam pengembangan EBT sangatlah kuat. Ini terbukti bagaimana Jateng merencanakan pembangunan energi daerahnya dan di RPJMD-nya (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) yang terkonsentrasi pada EBT,” kata Febby, dikutip, Rabu (08/02/2023).

Gubernur Ganjar memasang target bauran dan pemakaian energi terbarukan minimal 21,32 persen pada 2025.

Febby Tumiwa dengan begitu percaya diri menyebut Jawa Tengah layak dicontoh oleh daerah lain dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT).

“Ini pelajaran penting bagi daerah lain di Indonesia dan harus dicontoh,” ungkapnya.

Febby menegaskan di acara diskusi Energy Transition Working Group Meeting di Bali, 30 Agustus 2022. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo hadir pula di forum itu.

Pada 2019, dari 34 provinsi baru lima provinsi yang memiliki rencana umum energi daerah (RUED), antara lain Jateng, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Utara. Namun, Jateng sebagai provinsi pertama yang menyelesaikan RUED.

Jateng mengukuhkan komitmen RUED lewat Perda Jateng Nomor 12 Tahun 2018. Dari situ, Gubernur Ganjar memasang target bauran dan pemakaian energi terbarukan minimal 21,32 persen pada 2025 dan 28,82 persen pada 2050, tulis Mongabay Indonesia, Desember 2019.

Ada tujuh sumber energi baru terbarukan yang banyak dikembangkan di Jateng, antara lain energi surya, air, panas bumi, bioethanol, biofuel, biomassa, dan gas rawa.

“Semua potensi energi baru terbarukan ada di Jawa Tengah. Energi angin, misalnya ada di Blora, Purworejo dan Brebes,” ujar Staf Ahli Gubernur Jateng bidang pengembangan energi, Tegoeh Wynarno, dikutip dari Radio Idola.

Hingga 2021, bauran energi terbarukan di Jateng telah mencapai 13,38 persen. Potensi energi surya di Jateng begitu besar, yaitu 4,05 kWh/kWp per hari, di atas rata-rata Indonesia 3,75 kWh/kWp, tulis Mongabay Indonesia, Juli 2022.

Kekuatan itulah yang membuat Jateng berani memproklamirkan diri sebagai “provinsi surya” pada 2019. Salah satu program andalan Jateng yaitu Desa Mandiri Energi. (Baca: Menciptakan Desa Mandiri Energi dengan Biogas)

Di Desa Kaliurip, Kabupaten Banyumas, para petani tak lagi pusing untuk mengairi lahan pertanian. Sebelumnya, kincir air yang menggerakkan pompa selalu hilang karena banjir. Pompa itu kini dibantu dengan energi surya; terdapat 144 lembar panel surya berkapasitas 44 kWp yang terpasang tak jauh dari pompa.

Pompa air tenaga surya itu adalah bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas.

Warjo, salah satu petani yang memanfaatkan pompa air itu, mengaku sangat terbantu dengan PLTS. Ia kini jarang pakai mesin diesel untuk ambil air; hanya sesekali ketika membajak pakai traktor karena butuh air banyak, tulis Mongabay Indonesia.

Sementara itu di kaki Gunung Sumbing, di Desa Sambak, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, 80 persen warga setempat telah lama meninggalkan gas elpiji untuk memasak. Mereka sudah memakai energi biogas sejak tujuh tahun lalu, lapor Antara TV, Juni 2022.

Energi biogas itu diambil dari pengolahan limbah  pabrik tahu. Desa Sambak memiliki lima digester (tempat untuk menghasilkan biogas). Satu digester mampu melayani 17 rumah. Tiap bulan, warga yang memakai fasilitas itu hanya mengeluarkan iuran sebesar Rp15 ribu per bulan.

"Dari sisi ekonomi, kami lebih hemat memakai biogas daripada bahan bakar lain,” ujar Usman, pengelola biogas di Desa Sambak.

Keberhasilan Desa Sambak itu diapresiasi oleh Pemprov Jateng sebagai Desa Mandiri Energi. Desa juga mendapatkan penghargaan “Program Kampung Iklim Lestari” dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2021.

Kini selain biogas, Desa Sambak juga merintis pembangkit listrik tenaga surya untuk fasilitas umum dan sekolah.

Pada Februari 2021, Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah Jateng Prasetyo Ari Wibowo mengatakan, Jateng masih melanjutkan pengembangan PTLS Atap sejak 2017. Namun, pada 2020, anggaran terpaksa dialihkan ke penanganan Covid-19.

Melalui Surat Edaran Nomor 671.25/0004468 tertanggal 1 Maret 2019, Gubernur Ganjar mendorong agar seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) dan perusahaan swasta di Jateng membangun PLTS Atap.

“Jika bersama dilakukan maka akan ringan, AQUA Klaten sudah mulai dan industri lainnya diharapkan mengikuti” ujar Ganjar ketika meresmikan PTLS Atap milik AQUA, yang diakui pertama dan terbesar di Jateng, serta dikutip dari Radar Solo, Oktober 2020.

Ketua Pusat Riset Teknologi Hijau Universitas Diponegoro Semarang, Purwanto, mengatakan Jateng saat ini telah mengarah ke solusi energi baru terbarukan dan mencoba tak bergantung pada energi fosil.

Profesor ilmu lingkungan itu melihat sektor industri di Jateng sudah mengarah ke konsep ekonomi hijau melalui EBT, dikutip dari Antaranews.com, Juli 2022.
 

Posting Komentar

0 Komentar