Kesediaan Ganjar Diwawancarai oleh Najwa di Puncak Kehebohan, adalah Sesuatu yang Sangat Jenius!


 

Saya belum sempat nulis pendapat saya tentang Ganjar, yang dianggap “bertanggungjawab” atas gagalnya penyelenggaraan Pildun di Indonesia. Ide banyak, opini ada, tapi waktu yang bersahabat. Jadi kita langsung lompat aja ke kejadian paling anyar. Wawancara Najwa, terhadap Ganjar.

Mata Najwa

Saya pikir, pilihan Ganjar untuk bersedia diwawancara oleh Najwa di puncak kehebohan, adalah sesuatu yang sangat jenius. Kita semua tahu reputasi mbak Nana, yang bisa mengajukan pertanyaan yang “nggak ada sopan santunnya”. Itu terbukti. Semua pertanyaan-pertanyaan paling mewakili isi kepala netijen, dilontarkan. Semua hujatan paling tendensius, disampaikan. Semua keluh kesah dan satire kesedihan para pemain Timnas, ditampilkan. Dan buat saya, semua jawaban Ganjar, sangat brilian.

Keterangan Ganjar jelas tidak akan bisa memuaskan semua pihak. Karena bila ingin menyenangkan semua orang, kita musti jualan es krim. Tapi dari jawaban Ganjar, kita dapat melihat, menyaksikan alasan-alasan “kuat” mengapa keputusan itu dia ambil.

Bahkan, setelah wawancara itu, Ganjar menepati janjinya untuk mendatangi Hokky Caraka. Pemain Timnas yang paling vokal, paling lantang bersuara, dan kelihatannya, ada happy ending di sana.

Megawati

Kita boleh berdebat panjang lebar, tentang motiv mengapa Ganjar melontarkan statement penolakan tim Israel itu. Tapi menurut sel-sel kelabu otak saya, alasan utama tindakan Gubernur Jawa Tengah ini adalah, unjuk kesetiaan kepada Ketum PDIP, Megawati Soekarno Putri. Ini sebuah pertaruhan besar. Karena Ganjar mempertaruhkan satu-satunya senjata yang bisa, untuk bargain posisi Capres, yaitu elektabilitasnya. Dia tahu, bila penolakan ini berujung pada pembatalan penyelenggaraan Pildun di Indonesia, maka elektabilitasnya sangat mungkin bakal menurun cukup drastis.

Tapi wawancara dengan Najwa ini, jelas adalah salah satu damage control dan sekali lagi jadi pertaruhan. Bila Ganjar gagal menaklukkan bombardier serangan Najwa, maka dia akan dipermalukan seperti banyak tokoh-tokoh sekelas Rhoma Irama, Farhat Abbas, dsb. Bila Ganjar gagal terlihat tulus, dan atau jawabannya terkesan mengada-ada, maka dia akan dirujak oleh netijen untuk kesekian kalinya.

Bagaimana menurut saya, wawancara dengan Najwa tadi? Saya nggak akan memberikan spoiler, dengan membeberkan isi tanya jawab itu dengan mendetil, para Kulikers bisa saksikan sendiri di Youtubenya. Tapi menurut saya, secara umum, jawaban Ganjar sangat baik. Saya berani kasih nilai untuk wawancara ini 8/10.

Anies Baswedan

Anies sendiri, memang keliatannya sengaja tidak mengatakan sepatah kata pun, tentang polemik ini. Anies sadar, tidak ada satu hal pun yang akan menguntungkannya, saat mengeluarkan sikap.

Ketika dia menolak Israel, maka Anies bakal ikut ketiban awu anget atau kebagian caci maki dari netijen yang kecewa. Bila menyatakan dukungan kepada Israel, maka jelas Anies sedang berhadapan frontal dengan pendukung fanatiknya. Jelas ini sebuah lose-lose situation.

Ganjarian

Lalu apakah Ganjar akan kehilangan suara pemilihnya? Jawabannya bisa yes and no. Nggak tau lagi, kalau mas Anang. Kita sadar, bahwa pendukung Ganjar akan terbagi menjadi beberapa kelompok.

Pertama, mereka yang percaya bahwa Ganjar adalah korban teori drama Korea ala Denny Siregar. Mereka akan tetap memilih Ganjar karena yakin, bahwa Ganjar hanya sekedar kambing hitam dari pertempuran elite-elite politik kelas atas.

Kedua, mereka yang kecewa terhadap Ganjar. Mungkin memaki Ganjar. Tapi bersikap seperti Ade Armando, walau tidak setuju plus sakit hati, akan tetap mendukung dengan setengah atau sepenuh hati. Sama seperti kita-kitalah. Yang dulu dikecewakan Jokowi, saat memilih Kyai Maruf Amin di detik-detik terakhir pencapresan 2019 lalu. Tapi tetap milih Jokowi kan?

Ketiga, mereka yang akan tetap memilih Ganjar, karena pilihan lain tidak lebih baik. Kita mungkin mencibir, memaki-maki di sosmed, ngancam ini dan itu. Tapi saat disuruh milih antara Ganjar, Anies, dan Prabowo, ya kita akan memilih Ganjar. Mosok kate milih Anies.

Keempat, mereka yang betul-betul kecewa, dan meninggalkan Ganjar. Berapa jumlahnya? Kita tunggu saja, dalam survei dua tiga bulan mendatang.

Keputusan Buruk?

Lalu apakah menurut saya, apakah tindakan Ganjar ini buruk buat dirinya? Saya kok menilainya, nggak. Orang yang benci Ganjar, ya pasti makin benci. Yang suka Ganjar dan atau yang tidak punya pilihan lain, ya akan tetap milih Ganjar.

Apakah ada yang hilang simpati? Mungkin, tapi apakah mereka berpindah ke Anies, rasanya kok nggak. Kalau mereka pindah ke Prabowo, ya nggak rugi-rugi amat. Toh Prabowo, juga “orangnya Jokowi”.

Keuntungan buat Ganjar, malah luar biasa besar. Dia jelas bakal dapat “nama” dari Bu Mega dan sangat mungkin meraih simpati, dari pembenci-pembencinya di PDIP. Bagaimana tidak, Ganjar bisa membuktikan dirinya sebagai orang yang loyal. Yang siap sendiko dawuh terhadap apapun yang jadi keputusan partai.

Di sisi lain, Ganjar juga membuktikan dirinya, sanggup dan mampu melawan Anies, dalam adu tata kata. Saat ini, saya yakin kubu Anies akan ketar ketir, karena sesuatu yang bisa dijadikan alat serang, malah mungkin berubah jadi boomerang.

Posting Komentar

0 Komentar