Kali ini kita bicara soal sampah. Sampah politik? Hehehe… Bukan ya, ini sampah yang betul-betul sampah. Masalah sampah ini merupakan salah satu masalah besar di Jakarta. Sangat besar. Harusnya sebagai gubernur DKI Jakarta waktu itu, Anies juga fokus di masalah ini. Banyak yang harus dipikirkan, dihitung dan diantisipasi. Seperti layaknya masalah banjir, kemiskinan, air bersih dan sebagainya.
Nah, masalah sampah di Jakarta ini, lucunya, malah diidentifikasi oleh Risma, yang waktu itu masih menjabat sebagai Walikota Surabaya. Kita balik dulu ke tahun 2019 ya. Menurut Risma, masalah sampah di Jakarta sudah sampai ke level menakutkan. Kata Risma, per harinya, waktu itu ya, sampah di Jakarta mencapai 7.500 ton. Sementara tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Bantargebang itu sudah hampir penuh. Risma pun waktu itu sudah mengingatkan Pemprov DKI agar pembangunan tempat pembuangan akhir yang lain harus dipercepat. Pemprov DKI kan punya uang, sehingga tidak ada alasan tidak bisa, kata Risma.
Yup, betul sekali. Apalagi waktu itu belum ada pandemi ya. Anggaran belanja DKI Jakarta itu melimpah ruah. Bisa lah dipakai beberapa triliun buat mengatasi masalah sampah. Nah, sebelum Anies jadi gubernur, tahun 2009, Gubernur Fauzi Bowo sudah menggagas Intermediate Treatment Facility (ITF). ITF ini merupakan fasilitas pengolahan sampah dengan konsep mengubah sampah menjadi energi, yang didukung dengan teknologi ramah lingkungan. Pada era Fauzi Bowo, nilai pembangunan ITF itu diperkirakan mencapai Rp 1,3 triliun. Kemudian di era Gubernur Jokowi, proyek ITF dilanjutkan sampai ke tahap rencana tender.
Lalu Gubernur Anies berjanji untuk menyelesaikan proyek itu. Bahkan waktu itu Pemprov DKI berencana membangun 4 ITF, untuk layanan Jakarta wilayah Barat, Timur, Selatan dan Sunter, Jakarta Utara. Sampai dibikin Pergubnya oleh Anies. Anies juga gembar gembor soal proyek ITF ini. Sampai menggelar acara groundbreaking pada tanggal 20 Desember 2018. Anies menyebut momen itu sangat bersejarah, katanya 2 tahun lalu Anies berjanji akan membangun ITF, dan janji itu dilunasi. Sekali lagi, kata Anies, dilunasi! Padahal kan itu baru groundbreaking, untuk memulai proyeknya. Jadi sebenarnya baru dimulai, belum dilunasi. Dan memang tidak pernah dilunasi oleh Anies. Karena hingga Anies lengser, proyek ITF itu tidak pernah selesai.
Itu kan groundbreaking tanggal 20 Desember 2018 ya. Sampai Agustus 2019 saja, pembangunan ITF Sunter baru mencapai tahapan pengujian tanah, atau setara dengan 2 persen keseluruhan proses pembangunan. 2 persen! Dilunasi dari Hong Kong?
Anies memberikan proyek ITF ini kepada Jakpro, sebagai pihak pengembang. Jakpro kemudian bekerja sama dengan perusahaan dari Finlandia, Fortum. Mereka membentuk anak usaha, PT Jakarta Solusi Lestari (JSL) yang diberikan mandat untuk mengelola ITF Sunter. Dana yang diperlukan untuk proyek ini sekitar Rp 3,5 triliun. Awalnya dana itu akan didapat dari International Finance Corporation (IFC) yang merupakan bagian dari Bank Dunia. Suntikan dana dari IFC sekitar Rp 3,36 triliun. Namun pada bulan Juni 2021 Fortum mundur dari proyek ini, yang berakibat batalnya IFC menggelontorkan dana.
Oleh sebab itu, Jakpro kemudian mengajukan pinjaman dari dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pada bulan November 2020, jadi ini sudah dalam masa pandemi ya, Pemprov DKI mendapatkan pinjaman PEN sebesar Rp 12,5 triliun, yang akan dicairkan secara bertahap. Menurut Anies waktu itu, dana PEN akan digunakan buat pembiayaan infrastruktur yang terancam mangkrak . Termasuk buat infrastruktur banjir, air minum, transportasi dan pengelolaan sampah. Jadi harusnya termasuk buat ITF Sunter dong ya.
Namun, akhirnya yang diselesaikan malah stadion JIS. Pembangunan stadion JIS katanya menelan dana hingga Rp 5 triliun. Sementara ITF Sunter dibiarkan mangkrak sampai akhir masa jabatan Anies. Padahal volume sampah Jakarta makin lama makin bertambah banyak. Pembuangannya makin lama makin terbatas. Trus solusinya gimana? Ya mana Anies peduli sekarang, wong sudah bukan tanggung jawabnya lagi. Hedeeehhh, yang katanya dilunasi, buktinya ya omdo alias omong doang. Buat Formula E, Anies mau jungkir balik untuk membayar commitment fee-nya. Tapi buat ITF Sunter, dibiarkan mangkrak. Edaaann…
Pada hari Rabu minggu lalu (21/12), dalam acara Rakernas Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), Presiden Jokowi menyentil pembangunan ITF Sunter. Kata Presiden Jokowi, proyek itu dimulai ketika beliau jadi gubernur DKI, sampai akhirnya tidak jadi gubernur. Beliau tidak tahu apakah sekarang proyek itu sudah selesai. Tentu saja Presiden Jokowi tahu kalau proyek itu belum juga selesai alias mangkrak hehehe…
Jakpro yang sekarang kan sudah beda dengan yang dulu ya. Ingat kan kalau para petinggi Jakpro sudah diganti oleh Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono. Jakpro yang sekarang sudah membuka kembali kesempatan pada pihak investor untuk bergabung. Butuh proses ya buat mencari perusahaan mitra, karena selain punya dana, perusahaan mitra juga harus memiliki kompetensi teknis dan teknologinya. Jadi prosesnya dimulai dari awal lagi ya.
Heru Budi sendiri sudah memastikan bahwa pihaknya sudah menyiapkan anggaran di 2023, agar proyek itu mulai dibangun. Heru Budi memang sudah diminta Presiden Jokowi agar mempercepat pembangunan ITF Sunter. Anggarannya bersumber dari penyertaan modal daerah (PMD) untuk Jakpro, yang sudah dialokasikan dari APBD 2023. Yakni sekitar Rp 577 miliar.
Bandingkan dengan commitment fee Formula E yang mencapai Rp 560 miliar. Kurang lebih ya. Lalu kenapa Anies lebih mementingkan stadion JIS dan Formula E ketimbang proyek ITF yang bermanfaat buat semua warga Jakarta? Perlu kah saya jawab? Gini aja, siapa yang paling diuntungkan oleh pembangunan stadion JIS dan Formula E? Tentunya keuntungan kedua hal itu tidak mencapai keseluruhan warga DKI Jakarta ya. Yang paling diuntungkan ya Anies sendiri, buat warisan Anies, supaya terus diingat oleh publik, gitu kan?
Sedangkan proyek pengolahan sampah, yang super penting dan bermanfaat buat seluruh warga Jakarta, dibiarkan mangkrak. Lama-lama Anies mirip sama SBY ya, dalam hal proyek mangkrak hehehe… Lho kan ada juga normalisasi sungai. Yang juga mangkrak. Sementara, Heru Budi itu mirip sama Presiden Jokowi, yang menuntaskan proyek mangkraknya SBY. Pantesan Anies mau maju nyapres diusung Demokrat. Sehati sih ya. Kura-kura emang juara!
0 Komentar