Kini, Pemerintah Arahkan Sistem Kesehatan Dalam Negeri Lebih Dominan ke Pencegahan Penyakit!


Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan saat ini pemerintah mendorong agar arah sistem kesehatan dalam negeri lebih banyak untuk mencegah (preventif) dan mendeteksi penyakit sejak dini (skrining) alih-alih kuratif.

"Para CEO harus masuk ke bisnis yang sifatnya promotif dan preventif karena itu yang didorong oleh Kementerian Kesehatan," kata Menkes di hadapan para chief executive officer (CEO) dalam acara Kompas100 CEO Forum 2022 di Jakarta, Jumat (25/11/2022).

Menkes, di hadapan para pucuk pimpinan perusahaan menjelaskan bahwa para CEO hendaknya mulai melirik bisnis kesehatan yang bersifat preventif dan skrining.

"Mulai dari skrining yang sederhana seperti kolesterol, gula darah, hipertensi atau yang lebih canggih genome sequence. Spending promotif dan preventif akan menjadi tren di setiap pemerintahan," kata Menkes dalam keterangan pers pada Sabtu (26/11/2022).

Selain itu, pemerintah juga mendorong agar BPJS dan asuransi kesehatan mulai lebih banyak mengalokasikan pendanaan ke arah promotif preventif.

"Jadi 14 skrining kesehatan sekarang sudah di-cover BPJS. Sebelumnya kesemuanya hanya kuratif saja," katanya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat pengeluaran rata-rata untuk kesehatan masyarakat Indonesia sebesar 112 dolar AS per kapita per tahun dengan rerata usia harapan hidup masyarakat 72 tahun.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan negara Asia lain seperti Malaysia di mana pengeluaran rata-rata untuk kesehatan di Malaysia sebesar 431 dolar AS per kapita per tahun dengan rerata usia harapan hidupnya 76 tahun.

Jepang dan Singapura masing-masing pengeluaran rata-rata untuk kesehatan sebesar 4.800 dolar AS dan 2.800 dolar AS dengan usia harapan hidupnya masyarakatnya masing-masing 84 tahun dan 80 tahun.

Adapun pengeluaran rata-rata untuk kesehatan masyarakat Amerika Serikat (AS) sebesar 10.000 dolar AS per kapita per tahun dengan rata-rata usia harapan hidup 79 tahun.

"Spending ini akan naik sejalan dengan menuanya populasi kita. Jadi kalau population aging (penuaan populasi) nanti pasti health spending-nya lebih besar," kata Menkes.

Dari data itu, Singapura adalah negara dengan sistem kesehatan paling efektif.

"Semua orang Singapura setahunnya bayar biaya kesehatan 2.800 dolar AS tapi bisa hidup sampai sampai 80 tahun sama seperti orang Jepang yang bayar 4.800 dolar AS untuk hidup 84 tahun, lebih baik dari orang Amerika yang harus mengeluarkan uang 10.000 dollar AS setahun untuk hidupnya cuma 79 tahun," kata dia.

Menurutnya, sistem kesehatan Singapura dan Jepang dapat lebih efisien dari Indonesia lantaran kedua negara tersebut lebih banyak menerapkan sistem mencegah daripada mengobati.

Sementara masyarakat Indonesia akan berobat jika sudah merasakan sakit.

"Pesan saya buat teman-teman, hidup yang sehat adalah hidupnya yang mencegah, bukan mengobati, yang preventif bukan yang kuratif," kata dia.

Posting Komentar

0 Komentar