Dukung Produktivitas Petani! Ganjar Sebut Bantuan Program Program Jaringan Irigasi Desa Bertambah Tiap Tahun


Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan hasil dari program bantuan Jaringan Irigasi Desa (Jides) dan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (Jitut) mulai terlihat. Bantuan yang diberikan ke desa tersebut dapat dimanfaatkan kepala desa dan warganya sesuai kebutuhan. Total anggaran bantuan senilai Rp400 juta.

"Maka ada jaringan jalan desa, Jides dan Jitut gitu ya ada yang dipakai untuk penanganan yang mendukung pertanian. Otoritas itu kita berikan kepada mereka dan lumayan bagus," kata Ganjar dalam keterangannya, Kamis (9/3).

Dalam pelaksanaannya, bantuan Pemprov Jateng yang diberikan ke desa pun menunjukkan hasil yang baik dan mampu dirasakan manfaatnya oleh seluruh warga.

Oleh sebab itu, Ganjar menyebutkan, anggaran bantuan yang disalurkan ke desa-desa pun terus bertambah setiap tahunnya.

"Kita bertambah terus (bantuannya) setiap tahun. Maka dana desa, bantuan kita ada, kabupaten kita ada, bahkan sekarang mau diturunkan lagi dari inves infrastruktur itu untuk membangun," jelas Ganjar.

"Maka Jides dan Jitut itu harapan kita juga akan lebih bisa membantu pelayanan infrastruktur yang ada di desa," sambung Ganjar.

Petani di Desa Donosari Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal mengaku menikmati panen yang melimpah dari hasil pertanian. Hal itu bisa dirasakan setelah desanya mendapat bantuan pembangunan jaringan irigasi dari Pemprov Jateng. Bantuan Gubernur itu terdiri dari Jaringan Irigasi Desa (Jides) dan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (Jitut).

Ketua Kelompok Tani Sido Rukun, Desa Donosari, Mugiyo mengatakanbantuan jaringan irigasi dari Gubernur sangat bermanfaat bagi petani di desanya. Jaringan irigasi sepanjang 270 meter itu mampu mengairi lahan pertanian seluas 55 hektare. Kemudahan mendapatkan air irigasi, mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen di desanya.

"Setelah dapat bantuan dari Pak Ganjar, air irigasi menjadi lancar. Khususnya untuk 55 hektare sawah dengan sekitar 400 penggarap," ujar dia.

Dia bercerita, dulu saat kondisi jaringan irigasi masih belum ada talud, air tidak bisa mengalir dengan lancar. Selain berpotensi gagal panen, juga mengakibatkan konflik di antara petani karena berebut air.

Demi mendapat air irigasi, petani di desanya terpaksa menggunakan mesin pompa air. Satu hektare sawah, membutuhkan biaya sekitar Rp1,2 juta untuk membeli solar selama masa tanam.

"Sebelumnya petani rebutan air karena irigasinya masih tanah dan airnya lambat. Tapi sekarang kalau bahasa Jawanya, airnya turah-turah (melimpah-ruah). Kalau dulu iuran satu hektare Rp1,2 juta, kalau sekarang hanya Rp600 ribu, jadi mengurangi 50 persen biaya," paparnya.

Senada, Mintarjo, petani Desa Donosari menyampaikan bantuan jaringan irigasi tersebut, hasil panennya meningkat. Yang semula hanya 5,1 ton per hektare, kini naik menjadi 7,2 ton padi per hektare.

"Alhamdulillah kami sangat bersyukur sekali dengan adanya bantuan irigasi dari Pak Ganjar, hasil panennya lebih meningkat lebih memuaskan, hasil padi kami lebih berkualitas. Saya menggarap satu hektare dan hasilnya sekarang 7,2 ton. Dan kualitasnya sangat bagus," tuturnya.

Lahan pertanian di desanya saat ini mampu digunakan untuk tiga kali masa tanam. Yakni, dua kali masa tanam padi, dan satu kali panen palawija.

"Debit airnya juga bisa diatur. Kalau waktu mau panen, airnya dikurangi supaya tidak merusak tanaman padi dan mengurangi kualitas," imbuhnya.

Posting Komentar

0 Komentar