Gubernur
Jawa Tengah Ganjar Pranowo memiliki program di bidang pendidikan berupa sekolah
virtual. Diluncurkan pada 2020 silam, program kegiatan belajar mengajar (KBM)
jarak jauh secara daring ini dilakukan untuk mengurangi angka putus sekolah.
Berbeda dengan pembelajaran daring siswa siswi
sekolah reguler di masa pandemi COVID-19, sekolah virtual ini disiapkan bagi
anak keluarga miskin dan anak difabel. Menariknya, melalui Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jateng, para siswa siswi peserta sekolah virtual diberikan
gawai dan pulsa internet secara gratis.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan
ide awal penerapan Sekolah Virtual berawal dari lulusan jenjang SMP yang tak
bisa meneruskan sekolah karena biaya. Bahkan, ada beberapa di antara mereka
yang bekerja sebagai buruh.
"Konsepnya, agar anak dapat kesempatan
belajar. Bahkan ada yang boro (pekerja di luar kota) tetapi mereka tetap ingin
sekolah, sehingga kita bikin kelas virtual. Agar aksesibilitasnya lebih nyaman,
kita dampingi dan bantu," ujar Ganjar dalam keterangan tertulis, Rabu
(14/6/2023).
Ganjar
juga meminta peserta didik virtual tekun belajar, meski terhimpit ekonomi.
Untuk proses pembelajaran, mereka didampingi dari sekolah terdekat dari area
tinggal. Jika membuahkan hasil yang bagus, ke depan Pemprov Jateng akan
melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi dan perluasan jangkauan Sekolah
Virtual.
Program ini disebut sebagai satu-satunya di
Indonesia, sekolah virtual gratis untuk siswa miskin dengan waktu pembelajaran
yang fleksibel. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah
Uswatun Hasanah menambahkan program tersebut dirancang pada tahun 2019 untuk
mengatasi angka putus sekolah di wilayah kecamatan di Jateng yang belum
memiliki fasilitas SMA atau SMK negeri atau disebut area blank spot.
"Konsepnya untuk mengakomodir anak-anak di
wilayah blank spot, khususnya dari keluarga miskin maupun difabel yang tidak
lolos dalam PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) reguler," tambahnya.
Sebagai permulaan, lanjut Uswatun, Pemprov
Jateng membuka Sekolah Virtual di SMAN 1 Kemusu, Boyolali dan SMAN 3 Brebes
pada tahun 2020 dengan masing-masing sekolah mendapat kuota satu rombongan
belajar (Rombel) berisi 36 siswa dan siswi.
"Bulan Mei 2023, kami sudah meluluskan
sekolah virtual angkatan pertama," lanjutnya.
Uswatun menambahkan, tahun 2023 pihaknya bakal
memperluas jangkauan sekolah virtual di seluruh area blank spot yang tersebar
di Jateng. Jajaran dinas terkait di level kabupaten/kota segera melakukan
sosialisasi program tersebut.
Secara teknis, calon peserta sekolah virtual
bisa menghubungi SMA negeri terdekat untuk mendaftar program. Bila kuota
minimum, yakni 30 peserta terpenuhi, maka kelas dapat dibuka. Namun bila belum
mencukupi, maka sekolah tersebut akan berkoordinasi dengan sekolah lain untuk
memenuhi kuota minimal.
Menurut Uswatun, selain masalah ekonomi, para
peserta Sekolah Virtual juga terkendala waktu bila harus mengikuti jam
pelajaran sekolah reguler. Ada juga kelompok anak-anak difabel yang
mobilitasnya terbatas. Untuk itu, selain 70 persen dilakukan secara daring,
waktu pelaksanaan KBM juga pada sore dan malam hari.
"Anak-anak itu kalau pagi sampai sore
umumnya mereka bekerja membantu perekonomian keluarga. Maka kita buka kelas di
sore dan malam hari," imbuhnya.
Disinggung soal fasilitas penunjang KBM, Uswatun
menjelaskan kalau tiap peserta Sekolah Virtual diberikan gawai berupa telpon
pintar, diberikan bantuan pulsa internet tiap bulan. Mengenai biaya pengadaan
gawai dan pulsa internet, diambilkan dari dana zakat yang dikelola Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng. Para
peserta Sekolah Virtual yang sudah menyelesaikan pendidikan mendapat ijazah SMA
negeri sesuai dengan afiliasi kelas mereka.
0 Komentar