Tak Disangka! Program Ganjar "Jo Kawin Bocah" Membuahkan Hasil, Kini Angka Perkawinan Anak di Jateng Turun


Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membuat program Jo Kawin Bocah, Jogo Konco, dan Apem Ketan. Ganjar mengatakan implementasi program tersebut diiringi dengan penguatan peran Pusat Pembelajaran Keluarga dan optimalisasi peran pentahelix.

Setahun kemudian, melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jateng, Ganjar mendirikan Care Center Jo Kawin Bocah.

"Hasil inovasi ini, meskipun tidak drastis, angka dispensasi perkawinan anak di Jateng yang dikeluarkan Pengadilan Tinggi Agama, menurun dari 14.072 anak di tahun 2021 menjadi 11.392 pada tahun 2022," kata Ganjar dalam keterangan tertulis, Kamis (16/2/2023).

Ia mengatakan hal itu bertujuan agar kesadaran masyarakat dalam mencegah perkawinan usia dini di Jawa Tengah.

"Gerakan Jo Kawin Bocah butuh peran serta stakeholder yang melibatkan unsur pentahelix. Ada pemerintah, akademisi, dunia usaha, media massa, dan komunitas," jelasnya.

Sementara Jogo Konco dihadirkan bertujuan untuk mencegah perundungan, eksploitasi, dan membantu anak mengembangkan potensi diri. Inovasi ini adalah aplikasi berbasis website yang berisi ruang sharing alias tempat curhat anak ketika mereka menghadapi problematika keseharian seperti pendidikan, kesehatan, sosial budaya atau bullying.

"Jogo Konco merupakan inisiasi Forum Anak Jateng yaitu organisasi yang merupakan wadah partisipasi anak yang berperan sebagai pelopor dan pelapor. Mereka punya perwakilan di 35 kabupaten/kota di Jateng," ungkapnya.

"Seandainya terjadi (perundungan) ya dilaporkan (lewat aplikasi) maka tugas kita sebagai pemerintah menindaklanjuti. Forum anak yang bikin aplikasi Jogo Konco itu bagus," sambungnya.

Selain Jogo Konco, ada pula aplikasi Apem Ketan merupakan akronim dari aplikasi Perempuan dan Anak Rentan. Aplikasi ini memiliki kemampuan untuk mendata anak yatim piatu akibat terdampak COVID-19 agar mendapatkan layanan assessment.

Untuk memaksimalkan aplikasi tersebut Ganjar turut menggandeng Dinas Sosial, UNICEF, Yayasan Setara, dan DP3AP2KB melakukan pendampingan kepada 7.967 anak di Jateng yang keluarganya terdampak COVID-19.

Ia menyebutkan beragam inovasi tersebut membawa Jawa tengah mendapatkan penghargaan sebagai Provinsi Pelopor Layak Anak dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI.

Ganjar mengatakan capaian tersebut tidak terlepas dari kolaborasi banyak pihak sehingga bisa bisa membawa Jateng sebagai Provinsi Pelopor Layak Anak. Adapun indikator Kota Layak Anak meliputi tingkat persentase perkawinan anak, tersedianya lembaga konsultasi penyedia layanan pengasuhan anak dan keluarga, persentase lembaga pengasuhan alternatif terstandarisasi, dan tersedianya infrastruktur (sarana dan prasarana) di ruang publik yang ramah anak.

"Anak-anak harus mendapat perhatian. Banyak kegiatan mereka yang di rumah, namun tidak terpantau. Karena itu butuh monitoring, apakah mereka dalam kondisi jenuh, stres, apakah ada kekerasan atau tidak saat proses belajar mengajar dan lainnya," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas DP3AP2KB Jateng Retno Sudewi mengatakan ada beberapa kegiatan sudah dilakukan untuk memasifkan Jogo Konco, salah satunya dengan penguatan melalui acara peringatan Hari Anak Sedunia dengan tema 'Rembug Konco, Kids Take Over' yang diselenggarakan akhir 2022 lalu.

"Kegiatan yang melibatkan para bupati, asisten setda kabupaten/kota, forum anak, forum genre, pramuka, dan komunitas difabel itu bertujuan mencegah kekerasan seksual terhadap anak, kekerasan berbasis online, dan peningkatan literasi anak," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Program Perlindungan Anak Unicef Milen Kidane turut menyambut baik kehadiran Program Jogo Konco. Menurutnya program tersebut merupakan bagian dari perlindungan anak di dunia maya.

Sebab berdasarkan data yang dimiliki olehnya terdapat 196,7 juta orang di Indonesia terhubung ke internet. Menurutnya, tak jarang kekerasan yang diterima anak berasal dari dunia maya. Bahkan sebanyak dua persen dari anak usia 12-17 tahun pernah mengalami kekerasan, pelecehan, atau kekerasan seksual saat daring.

"Adanya Jogo Konco, saya optimistis kita bisa bersama dalam berbagai cara melindungi anak, di lingkungan digital di mana mereka banyak menghabiskan waktu," tutu Milen.

Posting Komentar

0 Komentar